Minggu, 11 Desember 2011

Komnas HAM: Presiden SBY Harus Datang ke Papua

Rabu, 07 Desember 2011

Komnas HAM: Presiden SBY Harus Datang ke Papua

Sebagai warga negara indonesia yang berlatar belakang sebagai seorang sipil, sering kali saya mendengar, melihat, mengamati berbagai berita di televisi atau di berbagai media informasi lainnya, yang pada umumnya menceritakan tentang situasi dan kondisi yang terjadi di bagian timur indonesia papua pada khususnya.

Banyak hal yang diceritakan dan yang digambarkan bahwasanya di kawasan indonesia bagian timur atau di papua, banyak tersimpan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat berpotensi bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Indonesia punya segalanya, tak ada satupun negara di dunia ini yang memiliki ribuan pulau, ratusan bahasa, ratusan lagu daerah, puluhan rumah adat, ratusan suku, keragaman beragama, dan keanegaraman lainnya yang berada di bawah naungan satu negara.

Indonesia seharusnya bersyukur, karena dengan adanya jasa dari para pahlawan dan para founding father lah yang dapat menggabungkan keanekaragaman yang ada di bawah naungan pancasila. Salah satunya berkat jasa presiden indonesia yang pertama yakni presiden Ir. soekarno hatta, berkat beliaulah indonesia di persatukan menjadi satu dengan satu pemahaman yakni pancasila.

Hingga kini paham atau ajaran pancasila masih dipergunakan bahkan dijadikan sebadai dasar negara. Nilai - nilai yang ada di pancasila dijadikan sebagai pedoman bagi kehidupan bernegara. Mulai dari presiden soekarno, presiden soeharto, presiden bj habibi, presiden KH abdurahman wahid, presiden megawati, serta yang kini masih menjabat sebagai presiden yakni presiden susilo bambang yudhoyono.

Dari mana implementasi nyata yang bisa kita lihat yakni dengan adanya undang - undang tentang hukum dan HAM yang telah dibuat dan telah disahkan oleh negara. Dari mulai urusan tenaga kerja indonesia, praktik korupsi, dan berbagai undang - undang lainnya yang telah dibuat untuk dapat dijadikan undang - undang.

Sebagai anak bangsa kita selayaknya bersyukur bahwa negara sudah menjalankan sebuah sistem yang seharusnya di laksanakan dengan adanya pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan. Namun dengan adanya peristiwa yang terjadi di papua dengan banyaknya berita yang beredar terutama tentang OPM ( Organisasi Papua Merdeka ).

Sebagian orang berpendapat bahwa pemerintahan pusat hanya mengambil keuntungan yang di papua bagi kepentingan sebagian orang saja. Mengapa hal ini terjadi ? Karena bagaimanapun adanya akibat berasal dari adanya sebuah sebab, atau dengan kata lain adanya sebab dari adanya akibat.

Jadi bila kita mau jujur keberadaan di papua atau kawasan indonesia timur lainnya tidak atau kurang dari hal yang diharapkan, jauh dari rasa aman, jauh dari sejahtera, jauh dari makmur, maupun dari rasa yang lainnya. Terlebih dengan adanya penerjunan aparat Brimob dari pihak kepolisian yang kerap melakukan pemeriksaan ke rumah - rumah orang sipil makin membuat masyarakat papua tidak nyaman ( menaruh asa curiga )tentunya, karena tak semua orang bukan orang anggota atau kelompok OPM.

Meminjam istilah orang luar, " sebelum masuk rumah ada baiknya ketuk pintu dahulu " . Mungkin hal tersebut juga seringkali diajarkan oleh orang tua kita semenjak dari kecil dahulu yang telah kita lupakan. Curiga boleh - boleh saja, asal tidak boleh berlebihan. Presiden SBY sebaiknya hadir secara langsung ke papua bertemu dengan para tokoh masyarakat, dengan adanya dialog secara langsung, insya allah dengan cara ini setidknya akan ada sebuah solusi. Masyarakat indonesia mengenal musyawarah dan mufakat.

Karena dengan bermusyawarah dan bermufakat presiden akan secara langsung dapat melihat, mendengar, serta merasakan apa yang masyarakat papua rasakan. Masyarakat papua tak jauh berbeda dengan masyaraka di kepulauan indonesia lainnya. Jika presiden SBY mau sedikit berkeringat dan mau menyingsingkan bajunya, pasti akan ada suatu kepastian dengan kata lain akan ada setitik jalan ke luar.

Memang tokoh agama dibandingkan dengan tokoh negara ternyata lebih populer di mata masyarakat, mengapa karena dengan adanya toko agama semua masalah dikembalikan kepada nilai - nilai keilahiyaan ( ajaran tuhan ). Dengan mengembalikan masalah kehidupan khususnya bernergara kepada nilai - nilai ketuhanan maka dapat dipastikan akan ada solusi.

Ya begitulah kenyataannya secara pandangan dari mata saya yang hanya seorang sipil. Dibandingkan dengan tokoh negarawan yang selalu selalu mengembalikan segala masalah kenegaraan dengan nilai - nilai kenegaraan yang notabene buatan manusia. Jika mau jujur secara seratus prosen, bahwa segala masalah yang dicari jalan keluarnya dengan cara manusia maka tak jarang akan menemui kebuntuan, tapi ada juga yang mencapai solusi akhir.

Presiden SBY sebenarnya bisa mencontoh cara kerja PBB ( Persatuan Bangsa Bangsa ). Mereka mengumpulkan perwakilan seluruh negara di dalam suatu wadah, di suatu ruangan untuk merumuskan jalan ke luar dari segala masalah - masalah yang ada serta merumuskan terobosan - terobosan baru bagi kemajuan tiap - tiap negara. Nah, jika PBB bisa melakukan secara global.

Seharusnya pak SBY dengan kearifan lokalnya pun bisa megikuti cara kerja PBB. Dengan mengumpulkan perwakilan - perwakilan masyarakat, ataupun para tokoh - tokoh negarawan baik di papua ataupun di kepulauan lainnya, mengapa harus seperti itu ? Karena bagaimana pun juga papua merupakan bagian dari kepulauan indonesia lainnya. Dengan kumpul bersama dan dialog secara bersama, pasti akan ada jalan keluar.

Jika pun belum dapat kembalikanlah kepada ajaran ilahi. Karena ajaran ilahi merupakan jalan yang terbaik bagi manusia dan kehidupannya. Semoga , , ,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar